WETA Bimbingan Belajar yakni Lembaga Bimbingan Belajar yang didirikan untuk membantu proses belajar putera-puteri Anda dan mengantarkan putera-puteri Anda berprestasi sesuai minat, bakat dan kemampuan.:-) Kantor Pusat Kediri Jl. Botolengket No11 Gg Masjid Nurul Huda RT 004 RW 005 Kel Bujel Kec Mojoroto Kota Kediri Jawa Timur Indonesia . Kode Pos 64113 .SK NO:503/162/419.410/2017.Telp Center 0857 9091 4000
Senin, 27 April 2020
Minggu, 26 April 2020
Keutamaan surat Al Kautsar sudah dijelaskan di dalam Al Qur’an secara detail dan rinci.
Keutamaan surat Al Kautsar sudah dijelaskan di dalam Al Qur’an secara detail dan rinci. Surat ini merupakan kategori surat yang bisa dikatakan paling pendek di dalam Al Qur’an dengan jumlah ayat yang dimiliki hanya 3 ayat saja.
Surat Al Kautsar dahulu kala di turunkan ke Rasulullah Saw di Mekah karena suatu alasan. Disaat Rasulullah merasa sedih karena beliau ditinggalkan dua orang yang sangat dikasihi dan disayangi. Oleh sebab itu surat ini merupakan surat yang berfungsi untuk menghibur Rasulullah Saw. Di dalamnya kaya akan makna yang baik untuk dijadikan suatu pedoman.
Berikut penjelasannya :
“Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak.” (QS. Al Kautsar : 1)
“Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan berkorbanlah.” (QS. Al Kautsar : 2)
“Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang terputus.” (QS. Al Kautsar : 3)
Berikut keutamaan yang bisa kita dapatkan dari surat Al Kautsar, yuk kita simak bersama-sama!
1. Surat Al Kautsar Bisa Membuat Hubungan Keluarga Menjadi Lebih Harmonis
Surat Al Kautsar dipercaya bisa digunakan dalam membantu membuat hubungan antara suami istri menjadi lebih baik, mesra dan juga harmonis. Cara mengamalkannya adalah dengan membacanya saat anda melaksanakan shalat tahajud secara rutin bersamaan dengan pasangan anda tersebut.
Dengan melakukannya secara rutin diharapkan anda bisa menjadi keluarga yang sakinah, mawadah dan warohmah sampai maut memisahkan. Hal ini tentunya sangat di idam-idamkan oleh setiap pasangan mulai dari yang baru membangun sebuah keluarga ataupun yang sudah lama berkeluarga.
2. Surat Al Kautsar Bisa Digunakan Sebagai Alat Ightiar Penyembuh Penyakit
Surat Al Kautsar ternyata juga bisa digunakan dalam proses ightiar meminta kesembuhan dari berbagai macam penyakit. Caranya cukup mudah, anda bisa membaca surat Al Kautsar saat akan minum. Siapkan terlebih dahulu air segelas dan bacalah surat Al Kautsar.
Selanjutnya anda bisa langsung meminum air tersebut. Lakukan car ini secara rutin setiap anda minum air. Namanya juga ightiar, selain itu anda memohon ampunlah kepada Allah Swt dan senantiasa mendekatkan diri kepada-Nya.
3. Surat Al Kautsar Bisa Membuat Hati Orang Menjadi Lebih Lunak
Misalnya saja saat anda dihadapkan dengan rasa takut karena orang yang akan anda hadapi sangat galak. Kemudian anda tidak berani menemuinya karena was-was jika mendapatkan omelan. Maka anda bisa membaca surat Al Kautsar sebanyak tiga kali, Insya Allah hati orang yang akan anda temui tersebut bisa melunak.
Selanjutnya pada kasus lainnya seperti halnya, untuk menghadapi seseorang yang sangat membenci anda. Setiap kali anda menyapanya selalu tidak ada respon dan terkesan acuh tak acuh saja. Menghadapi masalah semacam ini, coba anda baca surat Al Kautsar terlebih dahulu sebelum menemuinya sebanyak tiga kali. Kemudian datangi orang yang membenci anda tersebut, Insya Allah hatinya akan lunak, karena kerja keras yang tidak henti-hentinya anda lakukan untuk menyambung silaturahmi kembali.
4. Surat Al Kautsar Bisa Digunakan Sebagai Alarm Pembangun Tidur
Jika anda mempunyai kebiasaan susah bangun di pagi hari dan seringkali kesiangan, maka anda bisa membaca surat Al Kautsar sebanyak 7 kali sebelum anda tidur. Hal ini dipercaya bisa digunakan untuk membangunkan anda pada jam yang anda kehendaki.
Bisa dikatakan mempunyai fungsi yang sama dengan alarm. Coba saja lakukan secara rutin. Kalau hanya anda lakukan sesekali saja, takutnya nantinya hanya dianggap sebagai suatu kebetulan. Namun jika dilakukan berulang kali dan pada akhirnya sering terbangun dengan waktu yang dikehendaki, berarti memang benar bukan, bahwa dengan membaca surat Al Kautsar bisa membantu kesulitan anda. Dan tidak ada anggapan lagi tentang suatu kebetulan saja.
5. Surat Al Kautsar Bisa Mengatasi Rasa Ketakutan Yang Berlebihan
Terkadang rasa takut itu bisa datang kapan saja tanpa anda sadari. Seperti halnya saat anda berada di rumah tanpa ditemani siapapun karena keluarga sedang ada acara yang mengharuskan anda harus ditinggal sendiri. Jika anda dalam kondisi semacam ini dan merasa takut terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, bacalah surat Al Kautsar untuk menenangkan hati anda serta menghilangkan rasa ketakutan yang mungkin terlalu berlebihan.
6. Surat Al Kautsar Bisa Membuat Anda Mencicipi Air Dari Surga
Allah akan memberikan suatu pertolongan ketika di akherat nanti dengan memberikan minuman yang diambil dan berasal dari surga langsung. Hanya dengan membaca satu kali saja surat Al Kautsar, Allah sudah begitu baiknya memberikan nikmatnya yang tak terkira. Jadi alangkah baiknya anda mengamalkan surat Al Kautsar saat shalat sehari-hari.
7. Surat Al Kausar Bisa Membantu Saat Anda Sedang Dianiaya
Terkadang anda mengalami suatu masalah yang membuat anda menjadi kambing hitam dengan difitnah oleh orang lain. Jika anda mengalami penganiayaan atau pun kedzoliman seperti ini, maka anda bisa membaca surat Al Kautsar sebanyak 71 kali dengan hati yang ikhlas dan berserah diri kepada Allah, Insya Allah nantinya Allah akan segera mengungkap siapakah yang memang bersalah dan siapakah yang memang tidak bersalah.
8. Surat Al Kautsar Menciptakan Suasana Ketentraman Dalam Hati
Dengan membaca surat Al Kautsar dan mengamalkannya di kehidupan sehari-hari, maka anda akan mendapatkan ketenangan serta ketentraman hati. Sehingga nantinya saat anda sedang mengerjakan shalat, akan anda rasakan sendiri manfaatnya, yakni shalat anda akan lebih khusyuk.
9. Surat Al Kautsar Bisa Menjadi Pembuka Rezeki
Pengamalan surat Al Kautsar yang anda lakukan, secara tidak langsung akan membantu anda dalam upaya mendapatkan rezeki yang barokah dan halalan toyyiban. Surat Al Kautsar ternyata bisa menjadi alat untuk membuka rezeki, sehingga rezeki anda akan terasa lebih banyak dari sebelumnya.
10. Surat Al Kautsar Bisa Mengidentifikasi Keberadaan Sihir
Seringkali seseorang terkena sihir karena berbagai macam alasan, seperti misalnya karena ada seseorang yang tidak senang karir anda menanjak sehingga mereka mengirimkan sihir agar anda jatuh dan mereka bisa menggantikan posisi anda sekarang ini. Disarankan anda rutin membaca surat Al Kautsar agar Allah membukakan jalan kepada anda agar dijauhkan dari pengaruh sihir.
11. Surat Al Kautsar Bisa Digunakan Untuk Penghilang Dahaga
Pada suatu saat anda mengalami hal yang membuat anda sulit untuk mendapatkan air, seperti misalnya saat sedang traveling, hiking, dan lain sebagainya, maka anda disarankan untuk mengamalkan surat Al Kautsar untuk menghilangkan rasa dahaga yang tengah anda alami.
12. Surat Al Kautsar Bisa Membuka Jalan Untuk Terkabulnya Do’a
Jika anda menginginkan sesuatu dan sudah berdoa setiap waktu, namun Allah belum menunjukkan jalan buat anda, maka sebaiknya anda berdo’a dan mengamalkan surat Al Kautsar saat terjadinya hujan disertai dengan rasa ikhlas dari dalam hati. Insya Allah do’a yang anda panjatkan akan ditunjukkan titik terangnya oleh Allah Swt.
13. Surat Al Kautsar Bisa Dimanfaatkan Sebagai Obat Ampuh
Surat Al Kautsar seringkali digunakan untuk menyembuhkan mata bengkak, gatal-gatal ataupun berair. Anda bisa mengamalkan surat ini dengan membacakannya sebanyak 10 kali dengan membawa segelas air putih. Selanjutnya anda bisa mengaplikasikan air tersebut ke bagian mata anda dengan cara mengusap ataupun membasuhnya. Insya Allah atas izin dari-Nya segala penyakit yang tengah anda alami akan terasa lebih baik.
14. Surat Al Kautsar Memberi Perlindungan Bagi Anda
Dengan mengamalkannya setiap hari, surat Al Kautsar dipercaya bisa membantu anda dalam hal mendapatkan pertolongan dan juga perlindungan dari Allah Swt. Amalkanlah dengan ikhlas dan penuh rasa syukur, niscaya Allah akan melindungi anda dari hal-hal yang tidak baik.
15. Surat Al Kautsar Menumbuhkan Rasa Kasih Sayang Antar Sesama
Selain membuat keluarga menjadi harmonis, ternyata dengan mengamalkan surat Al Kautsar setiap hari akan menciptakan suasana yang nyaman antara sesama. Saling kasih mengasihi dan tidak ada pertengkaran karena hati anda selalu merasa tenang sehingga amarah bisa dikendalikan dengan baik.
Semoga Bermanfaat dan menambah wawasan kita.
Surat Al Kautsar dahulu kala di turunkan ke Rasulullah Saw di Mekah karena suatu alasan. Disaat Rasulullah merasa sedih karena beliau ditinggalkan dua orang yang sangat dikasihi dan disayangi. Oleh sebab itu surat ini merupakan surat yang berfungsi untuk menghibur Rasulullah Saw. Di dalamnya kaya akan makna yang baik untuk dijadikan suatu pedoman.
Berikut penjelasannya :
“Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak.” (QS. Al Kautsar : 1)
“Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan berkorbanlah.” (QS. Al Kautsar : 2)
“Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang terputus.” (QS. Al Kautsar : 3)
Berikut keutamaan yang bisa kita dapatkan dari surat Al Kautsar, yuk kita simak bersama-sama!
1. Surat Al Kautsar Bisa Membuat Hubungan Keluarga Menjadi Lebih Harmonis
Surat Al Kautsar dipercaya bisa digunakan dalam membantu membuat hubungan antara suami istri menjadi lebih baik, mesra dan juga harmonis. Cara mengamalkannya adalah dengan membacanya saat anda melaksanakan shalat tahajud secara rutin bersamaan dengan pasangan anda tersebut.
Dengan melakukannya secara rutin diharapkan anda bisa menjadi keluarga yang sakinah, mawadah dan warohmah sampai maut memisahkan. Hal ini tentunya sangat di idam-idamkan oleh setiap pasangan mulai dari yang baru membangun sebuah keluarga ataupun yang sudah lama berkeluarga.
2. Surat Al Kautsar Bisa Digunakan Sebagai Alat Ightiar Penyembuh Penyakit
Surat Al Kautsar ternyata juga bisa digunakan dalam proses ightiar meminta kesembuhan dari berbagai macam penyakit. Caranya cukup mudah, anda bisa membaca surat Al Kautsar saat akan minum. Siapkan terlebih dahulu air segelas dan bacalah surat Al Kautsar.
Selanjutnya anda bisa langsung meminum air tersebut. Lakukan car ini secara rutin setiap anda minum air. Namanya juga ightiar, selain itu anda memohon ampunlah kepada Allah Swt dan senantiasa mendekatkan diri kepada-Nya.
3. Surat Al Kautsar Bisa Membuat Hati Orang Menjadi Lebih Lunak
Misalnya saja saat anda dihadapkan dengan rasa takut karena orang yang akan anda hadapi sangat galak. Kemudian anda tidak berani menemuinya karena was-was jika mendapatkan omelan. Maka anda bisa membaca surat Al Kautsar sebanyak tiga kali, Insya Allah hati orang yang akan anda temui tersebut bisa melunak.
Selanjutnya pada kasus lainnya seperti halnya, untuk menghadapi seseorang yang sangat membenci anda. Setiap kali anda menyapanya selalu tidak ada respon dan terkesan acuh tak acuh saja. Menghadapi masalah semacam ini, coba anda baca surat Al Kautsar terlebih dahulu sebelum menemuinya sebanyak tiga kali. Kemudian datangi orang yang membenci anda tersebut, Insya Allah hatinya akan lunak, karena kerja keras yang tidak henti-hentinya anda lakukan untuk menyambung silaturahmi kembali.
4. Surat Al Kautsar Bisa Digunakan Sebagai Alarm Pembangun Tidur
Jika anda mempunyai kebiasaan susah bangun di pagi hari dan seringkali kesiangan, maka anda bisa membaca surat Al Kautsar sebanyak 7 kali sebelum anda tidur. Hal ini dipercaya bisa digunakan untuk membangunkan anda pada jam yang anda kehendaki.
Bisa dikatakan mempunyai fungsi yang sama dengan alarm. Coba saja lakukan secara rutin. Kalau hanya anda lakukan sesekali saja, takutnya nantinya hanya dianggap sebagai suatu kebetulan. Namun jika dilakukan berulang kali dan pada akhirnya sering terbangun dengan waktu yang dikehendaki, berarti memang benar bukan, bahwa dengan membaca surat Al Kautsar bisa membantu kesulitan anda. Dan tidak ada anggapan lagi tentang suatu kebetulan saja.
5. Surat Al Kautsar Bisa Mengatasi Rasa Ketakutan Yang Berlebihan
Terkadang rasa takut itu bisa datang kapan saja tanpa anda sadari. Seperti halnya saat anda berada di rumah tanpa ditemani siapapun karena keluarga sedang ada acara yang mengharuskan anda harus ditinggal sendiri. Jika anda dalam kondisi semacam ini dan merasa takut terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, bacalah surat Al Kautsar untuk menenangkan hati anda serta menghilangkan rasa ketakutan yang mungkin terlalu berlebihan.
6. Surat Al Kautsar Bisa Membuat Anda Mencicipi Air Dari Surga
Allah akan memberikan suatu pertolongan ketika di akherat nanti dengan memberikan minuman yang diambil dan berasal dari surga langsung. Hanya dengan membaca satu kali saja surat Al Kautsar, Allah sudah begitu baiknya memberikan nikmatnya yang tak terkira. Jadi alangkah baiknya anda mengamalkan surat Al Kautsar saat shalat sehari-hari.
7. Surat Al Kausar Bisa Membantu Saat Anda Sedang Dianiaya
Terkadang anda mengalami suatu masalah yang membuat anda menjadi kambing hitam dengan difitnah oleh orang lain. Jika anda mengalami penganiayaan atau pun kedzoliman seperti ini, maka anda bisa membaca surat Al Kautsar sebanyak 71 kali dengan hati yang ikhlas dan berserah diri kepada Allah, Insya Allah nantinya Allah akan segera mengungkap siapakah yang memang bersalah dan siapakah yang memang tidak bersalah.
8. Surat Al Kautsar Menciptakan Suasana Ketentraman Dalam Hati
Dengan membaca surat Al Kautsar dan mengamalkannya di kehidupan sehari-hari, maka anda akan mendapatkan ketenangan serta ketentraman hati. Sehingga nantinya saat anda sedang mengerjakan shalat, akan anda rasakan sendiri manfaatnya, yakni shalat anda akan lebih khusyuk.
9. Surat Al Kautsar Bisa Menjadi Pembuka Rezeki
Pengamalan surat Al Kautsar yang anda lakukan, secara tidak langsung akan membantu anda dalam upaya mendapatkan rezeki yang barokah dan halalan toyyiban. Surat Al Kautsar ternyata bisa menjadi alat untuk membuka rezeki, sehingga rezeki anda akan terasa lebih banyak dari sebelumnya.
10. Surat Al Kautsar Bisa Mengidentifikasi Keberadaan Sihir
Seringkali seseorang terkena sihir karena berbagai macam alasan, seperti misalnya karena ada seseorang yang tidak senang karir anda menanjak sehingga mereka mengirimkan sihir agar anda jatuh dan mereka bisa menggantikan posisi anda sekarang ini. Disarankan anda rutin membaca surat Al Kautsar agar Allah membukakan jalan kepada anda agar dijauhkan dari pengaruh sihir.
11. Surat Al Kautsar Bisa Digunakan Untuk Penghilang Dahaga
Pada suatu saat anda mengalami hal yang membuat anda sulit untuk mendapatkan air, seperti misalnya saat sedang traveling, hiking, dan lain sebagainya, maka anda disarankan untuk mengamalkan surat Al Kautsar untuk menghilangkan rasa dahaga yang tengah anda alami.
12. Surat Al Kautsar Bisa Membuka Jalan Untuk Terkabulnya Do’a
Jika anda menginginkan sesuatu dan sudah berdoa setiap waktu, namun Allah belum menunjukkan jalan buat anda, maka sebaiknya anda berdo’a dan mengamalkan surat Al Kautsar saat terjadinya hujan disertai dengan rasa ikhlas dari dalam hati. Insya Allah do’a yang anda panjatkan akan ditunjukkan titik terangnya oleh Allah Swt.
13. Surat Al Kautsar Bisa Dimanfaatkan Sebagai Obat Ampuh
Surat Al Kautsar seringkali digunakan untuk menyembuhkan mata bengkak, gatal-gatal ataupun berair. Anda bisa mengamalkan surat ini dengan membacakannya sebanyak 10 kali dengan membawa segelas air putih. Selanjutnya anda bisa mengaplikasikan air tersebut ke bagian mata anda dengan cara mengusap ataupun membasuhnya. Insya Allah atas izin dari-Nya segala penyakit yang tengah anda alami akan terasa lebih baik.
14. Surat Al Kautsar Memberi Perlindungan Bagi Anda
Dengan mengamalkannya setiap hari, surat Al Kautsar dipercaya bisa membantu anda dalam hal mendapatkan pertolongan dan juga perlindungan dari Allah Swt. Amalkanlah dengan ikhlas dan penuh rasa syukur, niscaya Allah akan melindungi anda dari hal-hal yang tidak baik.
15. Surat Al Kautsar Menumbuhkan Rasa Kasih Sayang Antar Sesama
Selain membuat keluarga menjadi harmonis, ternyata dengan mengamalkan surat Al Kautsar setiap hari akan menciptakan suasana yang nyaman antara sesama. Saling kasih mengasihi dan tidak ada pertengkaran karena hati anda selalu merasa tenang sehingga amarah bisa dikendalikan dengan baik.
Semoga Bermanfaat dan menambah wawasan kita.
Sabtu, 25 April 2020
Jumat, 24 April 2020
SEJARAH KERAJAAN di KEDIRI dengan SIDOARJO
AWAL MULA
Kerajaan Kediri merupakan kelanjutan dari
Kerajaan Wangsa Isyana (Kerajaan Medang Kamulan). Kerajaan Kediri atau Kerajaan
Panjalu, adalah sebuah kerajaan yang bercorak Hindu terdapat di Jawa Timur
antara tahun 1042-1222. Kerajaan ini berpusat di kota Daha,
yang terletak di sekitar Kota Kediri sekarang. Sesungguhnya kota Daha sudah ada
sebelum Kerajaan Kediri berdiri. Daha merupakan singkatan dari Dahanapura, yang
berarti kota api. Nama ini terdapat dalam prasasti Pamwatan
yang dikeluarkan Airlangga tahun 1042.
Hal ini sesuai dengan berita dalam Serat
Calon Arang bahwa, saat akhir pemerintahan Airlangga, pusat kerajaan
sudah tidak lagi berada di Kahuripan, melainkan pindah ke Daha. Kerajaan ini
merupakan salah satu dari dua kerajaan pecahan Kahuripan pada tahun 1045
Wilayah Kerajaan Kediri adalah bagian selatan Kerajaan Kahuripan.
Pada akhir November 1042, Airlangga terpaksa membelah wilayah kerajaannya
karena kedua putranya bersaing memperebutkan tahta. Putra yang bernama Sri
Samarawijaya mendapatkan kerajaan barat bernama Panjalu
yang berpusat di kota baru, yaitu Daha. Sedangkan putra yang bernama Mapanji
Garasakan mendapatkan kerajaan timur bernama Jenggala yang berpusat di
kota lama, yaitu Kahuripan.
Tidak ada bukti yang jelas bagaimana kerajaan
tersebut dipecah dan menjadi beberapa bagian. Dalam babad disebutkan bahwa
kerajaan dibagi empat atau lima bagian. Tetapi dalam perkembangannya hanya dua
kerajaan yang sering disebut, yaitu Kediri (Panjalu) dan Jenggala. Samarawijaya
sebagai pewaris sah kerajaan mendapat ibukota lama, yaitu Dahanaputra, dan nama
kerajaannya diubah menjadi Panjalu atau dikenal juga sebagai Kerajaan Kediri.
Perkembangan Kerajaan Kediri Dalam perkembangannya Kerajaan Kediri yang
beribukota Daha tumbuh menjadi besar, sedangkan Kerajaan Jenggala semakin
tenggelam. Diduga Kerajaan Jenggala ditaklukkan oleh Kediri.
Menurut Nagarakretagama, sebelum
dibelah menjadi dua, nama kerajaan yang dipimpin Airlangga sudah bernama
Panjalu, yang berpusat di Daha. Jadi, Kerajaan Janggala lahir sebagai pecahan
dari Panjalu. Adapun Kahuripan adalah nama kota lama yang sudah ditinggalkan
Airlangga dan kemudian menjadi ibu kota Janggala.
Pada mulanya, nama Panjalu atau Pangjalu memang
lebih sering dipakai dari pada nama Kediri. Hal ini dapat dijumpai dalam
prasasti-prasasti yang diterbitkan oleh raja-raja Kediri. Bahkan, nama Panjalu juga
dikenal sebagai Pu-chia-lung dalam kronik Cina berjudul Ling wai tai ta (1178).
Wilayah Kerajaan Kediri adalah bagian selatan
Kerajaan Kahuripan.Tak banyak yang diketahui peristiwa di masa-masa awal
Kerajaan Kediri. Raja Kameswara (1116-1136) menikah dengan Dewi Kirana, puteri
Kerajaan Janggala. Dengan demikian, berakhirlah Janggala kembali dipersatukan
dengan Kediri. Kediri menjadi kerajaan yang cukup kuat di Jawa. Pada masa ini,
ditulis kitab Kakawin Smaradahana, yang dikenal dalam kesusastraan Jawa dengan
cerita Panji.
Nama Kediri ada yang berpendapat berasal dari
kata “Kedi” yang artinya “Mandul” atau “Wanita yang tidak berdatang
bulan”.Menurut kamus Jawa Kuno Wojo Wasito, ‘Kedi” berarti Orang Kebiri Bidan
atau Dukun. Di dalam lakon Wayang, Sang Arjuno pernah menyamar Guru Tari di
Negara Wirata, bernama “Kedi Wrakantolo”.Bila kita hubungkan dengan nama tokoh
Dewi Kilisuci yang bertapa di Gua Selomangleng, “Kedi” berarti Suci atau Wadad.
Disamping itu kata Kediri berasal dari kata “Diri” yang berarti Adeg, Angdhiri,
menghadiri atau menjadi Raja (bahasa Jawa Jumenengan).
Untuk itu dapat kita baca pada prasasti “WANUA”
tahun 830 saka, yang diantaranya berbunyi :
” Ing Saka 706 cetra nasa danami sakla pa ka sa wara, angdhiri rake panaraban”,
artinya : pada tahun saka 706 atau 734 Masehi, bertahta Raja Pake Panaraban.
Nama Kediri banyak terdapat pada kesusatraan Kuno yang berbahasa Jawa Kuno seperti : Kitab Samaradana, Pararaton, Negara Kertagama dan Kitab Calon Arang.Demikian pula pada beberapa prasasti yang menyebutkan nama Kediri seperti : Prasasti Ceber, berangka tahun 1109 saka yang terletak di Desa Ceker, sekarang Desa Sukoanyar Kecamatan Mojo.Dalam prasasti ini menyebutkan, karena penduduk Ceker berjasa kepada Raja, maka mereka memperoleh hadiah, “Tanah Perdikan”.
Nama Kediri banyak terdapat pada kesusatraan Kuno yang berbahasa Jawa Kuno seperti : Kitab Samaradana, Pararaton, Negara Kertagama dan Kitab Calon Arang.Demikian pula pada beberapa prasasti yang menyebutkan nama Kediri seperti : Prasasti Ceber, berangka tahun 1109 saka yang terletak di Desa Ceker, sekarang Desa Sukoanyar Kecamatan Mojo.Dalam prasasti ini menyebutkan, karena penduduk Ceker berjasa kepada Raja, maka mereka memperoleh hadiah, “Tanah Perdikan”.
Dalam prasasti itu tertulis “Sri Maharaja Masuk
Ri Siminaninaring Bhuwi Kadiri” artinya raja telah kembali kesimanya, atau
harapannya di Bhumi Kadiri.Prasasti Kamulan di Desa Kamulan Kabupaten
Trenggalek yang berangkat tahun 1116 saka, tepatnya menurut Damais tanggal 31
Agustus 1194.Pada prasasti itu juga menyebutkan nama, Kediri, yang diserang
oleh raja dari kerajaan sebelah timur.
“Aka ni satru wadwa kala sangke purnowo”,
sehingga raja meninggalkan istananya di Katangkatang (“tatkala nin kentar
sangke kadetwan ring katang-katang deni nkir malr yatik kaprabon sri maharaja
siniwi ring bhumi kadiri”).
Tatkala Bagawantabhari memperoleh anugerah tanah perdikan dari Raja Rake Layang
Dyah Tulodong yang tertulis di ketiga prasasti Harinjing.Nama Kediri semula
kecil lalu berkembang menjadi nama Kerajaan Panjalu yang besar dan sejarahnya
terkenal hingga sekarang.
Raja-Raja Kerajaan Kediri
Kerajaan Kediri yang termasyhur pernah diperintah
8 raja dari awal berdirinya sampai masa keruntuhan kerajaan ini. Dari kedelapan
raja yang pernah memerintah kerajaan ini yang sanggup membawa Kerajaan Kediri
kepada masa keemasan adalah Prabu Jayabaya, yang sangat terkenal hingga saat
ini.
Adapun 8 raja Kediri tersebut urutannya sebagai
berikut :
· 1. Sri Jayawarsa
Sejarah tentang raja Sri Jayawarsa ini hanya
dapat diketahui dari prasasti Sirah Keting (1104 M). Pada masa pemerintahannya
Jayawarsa memberikan hadiah kepada rakyat desa sebagai tanda penghargaan,
karena rakyat telah berjasa kepada raja. Dari prasasti itu diketahui bahwa Raja
Jayawarsa sangat besar perhatiannya terhadap masyarakat dan berupaya
meningkatkan kesejahteraan rakyatnya.
· 2. Sri Bameswara
Raja Bameswara banyak meninggalkan prasasti
seperti yang ditemukan di daerah Tulung Agung dan Kertosono. Prasasti seperti
yang ditemukan itu lebih banyak memuat masalah-masalah keagamaan, sehingga
sangat baik diketahui keadaan pemerintahannya.
· 3. Prabu Jayabaya
Kerajaan Kediri mengalami masa keemasan ketika
diperintah oleh Prabu Jayabaya. Strategi kepemimpinan Prabu Jayabaya dalam
memakmurkan rakyatnya memang sangat mengagumkan. Kerajaan yang beribu
kota di Dahono Puro, bawah kaki Gunung Kelud, ini tanahnya amat subur,
sehingga segala macam tanaman tumbuh menghijau.
Hasil pertanian dan perkebunan berlimpah ruah. Di
tengah kota membelah aliran sungai Brantas. Airnya bening dan banyak hidup
aneka ragam ikan, sehingga makanan berprotein dan bergizi selalu tercukupi.
Hasil bumi itu kemudian diangkut ke kota
Jenggala, dekat Surabaya, dengan naik perahu menelusuri sungai. Roda
perekonomian berjalan lancar, sehingga Kerajaan Kediri benar-benar dapat
disebut sebagai negara yang “Gemah Ripah Loh Jinawi Tata Tentrem Karta
Raharja”.
Prabu Jayabaya memerintah antara tahun 1130
sampai 1157 Masehi. Dukungan spiritual dan material dari Prabu Jayabaya dalam
hal hukum dan pemerintahan tidak tanggung-tanggung. Sikap merakyat dan visinya
yang jauh ke depan menjadikan Prabu Jayabaya layak dikenang sepanjang masa.
Jika rakyat kecil hingga saat ini ingat kepada
beliau, hal itu menunjukkan bahwa pada masanya berkuasa tindakan beliau yang
selalu bijaksana dan adil terhadap rakyat.
· 4. Sri Sarwaswera
Sejarah tentang raja ini didasarkan pada prasasti
Padelegan II (1159) dan prasasti Kahyunan (1161). Sebagai raja yang taat
beragama dan berbudaya, Sri Sarwaswera memegang teguh prinsip “tat wam asi”,
yang berarti “dikaulah itu, dikaulah (semua) itu, semua makhluk adalah engkau”.
Menurut Prabu Sri Sarwaswera, tujuan hidup
manusia yang terakhir adalah moksa, yaitu pemanunggalan jiwatma dengan
paramatma. Jalan yang benar adalah sesuatu yang menuju arah kesatuan, sehingga
segala sesuatu yang menghalangi kesatuan adalah tidak benar.
· 5. Sri Aryeswara
Berdasarkan prasasti Angin (1171), Sri Aryeswara
adalah raja Kediri yang memerintah sekitar tahun 1171. Nama gelar abhisekanya
ialah Sri Maharaja Rake Hino Sri Aryeswara Madhusudanawatara Arijamuka.
Tidak diketahui dengan pasti kapan Sri Aryeswara
naik tahta. peninggalan sejarahnya berupa prasasti Angin, 23 Maret 1171.
Lambang Kerajaan Kediri pada saat itu Ganesha. Tidak diketahui pula kapan pemerintahannya
berakhir. Raja Kediri selanjutnya berdasarkan prasasti Jaring adalah Sri
Gandra.
· 6. Sri Gandra
Masa pemerintahan Raja Sri Gandra (1181 M) dapat
diketahui dari prasasti Jaring, yaitu tentang penggunaan nama hewan dalam
kepangkatan seperti seperti nama gajah, kebo, dan tikus. Nama-nama tersebut
menunjukkan tinggi rendahnya pangkat seseorang dalam istana.
· 7. Sri Kameswara
Masa pemerintahan Raja Sri Gandra dapat diketahui
dari Prasasti Ceker (1182) dan Kakawin Smaradhana. Pada masa pemerintahannya dari
tahun 1182 sampai 1185 Masehi, seni sastra mengalami perkembangan sangat pesat,
diantaranya Empu Dharmaja mengarang kitab Smaradhana. Bahkan pada masa
pemerintahannya juga dikeal cerita-cerita panji seperti cerita Panji Semirang.
· 8. Sri Kertajaya
Berdasarkan prasasti Galunggung (1194), prasasti
Kamulan (1194), prasasti Palah (1197), prasasti Wates Kulon (1205),
Nagarakretagama, dan Pararaton, pemerintahan Sri Kertajaya berlangsung pada
tahun 1190 hingga 1222 Masehi.
Raja Kertajaya juga dikenal dengan sebutan
“Dandang Gendis”. Selama masa pemerintahannya, kestabilan kerajaan menurun. Hal
ini disebabkan Kertajaya ingin mengurangi hak-hak kaum Brahmana.
Keadaan ini ditentang oleh kaum Brahmana.
Kedudukan kaum Brahmana di Kerajaan Kediri waktu itu semakin tidak aman. Kaum
Brahmana banyak yang lari dan minta bantuan ke Tumapel yang saat itu diperintah
oleh Ken Arok.
Mengetahui hal ini Raja Kertajaya kemudian
mempersiapkan pasukan untuk menyerang Tumapel. Sementara itu Ken Arok dengan
dukungan kaum Brahmana melakukan serangan ke Kerajaan Kediri. Kedua pasukan itu
bertemu di dekat Ganter (1222 M).
Kitab / Sistem Perundang-undangan Kediri
Sistem Perundang-undangan Kerajaan Kediri disusun
oleh para ahli hukum yang tergabung dalam Dewan Kapujanggan Istana. Sebelum
menjalankan tugasnya para pakar hukum tadi senantiasa melakukan studi banding
dalam hal penyusunan hukum serta konstitusi dari negeri lain. Produk hukum yang
telah dihasilkan oleh dewan tersebut yaitu Kitab Darmapraja. Kitab ini
merupakan karya pustaka yang berisi Tata Tertib Penyelenggaraan Pemerintahan
dan Kenegaraan. Dalam soal pengadilan, Raja selalu mengikuti Undang-undang ini,
sehingga adil segala keputusan yang diambilnya, membuat puas semua pihak (Brandes,
1896:88).
Pada pasal-pasal kitab tersebut, kata “agama”
dapat ditafsirkan sebagai Undang-undang atau Kitab Perundang-undangan. Kadang
yang berbeda ini perumusannya saja, yang satu lebih panjang daripada yang lain
dan merupakan kelengkapan atau penjelasan dari pasal sejenis yang pendek. Kitab
Perundang-undangan Agama adalah terutama Kitab Undang-undang Hukum Pidana.
Namun di samping Kitab Undang-undang Hukum Pidana terdapat juga Undang-undang
Hukum Perdata.
Tata cara jual-beli, pembagian warisan, pernikahan
dan perceraian masuk dalam Undang-undang Hukum Perdata (Hazeu, 1987:87). Memang
pada zaman Kadiri belum ada perincian tegas antara Undang-undang Hukum Pidana
dan Hukum Perdata. Menurut sejarah per Undang-undangan Hukum Perdata tumbuh
dari Hukum Pidana, jadi percampuran Hukum Perdata dan Hukum Pidana dalam Kitab
Perundang-undangan Agama di atas bukan suatu keganjilan ditinjau dari segi
sejarah hukum.
Sistem Peradilan Kerajaan Kediri
Sistem peradilan Kerajaan Kediri bertujuan untuk
mencapai kepastian hukum dalam penyelenggaraan pemerintahan dan kerajaan
(Stutterheim, 1930:254). Dengan adanya kepastian hukum, maka hak dan kewajiban
semua warga kerajaan dapat dijamin. Keseimbangan antara hak dan kewajiban warga
kerajaan telah membuktikan serta membuahkan ketentraman lahir dan batin. Aparat
dan rakyat menghormati hukum atau darma semata-mata demi terjaganya kepentingan
bersama.
Semua keputusan dalam pengadilan diambil atas
nama Raja yang disebut Sang Amawabhumi artinya orang yang mempunyai atau
menguasai negara. Dalam Mukadimah Darmapraja ditegaskan demikian:
Semoga Sang Amawabhumi teguh hatinya dalam
menerapkan besar kecilnya denda, jangan sampai salah trap. Jangan sampai orang
yang bertingkah salah, luput dari tindakan. Itulah kewajiban Sang Amawabhumi,
jika beliau mengharapkan kerahayuan negaranya (Moedjanto, 1994:56).
Dalam soal pengadilan, Raja dibantu oleh dua
orang Adidarma Dyaksa. Seorang Adidarma Dyaksa Kasiwan dan seorang Adidarma
Dyaksa Kabudan, yakni kepala agama Siwa dan kepala agama Buda dengan sebutan
Sang Maharsi, karena kedua agama itu merupakan agama utama dalam Kerajaan
Kadiri dan segala Perundang-undangan didasarkan agama.
Kedudukan Adidarma Dyaksa boleh disamakan dengan
kedudukan Hakim Tinggi. Mereka itu dibantu oleh lima Upapati artinya : pembantu
dalam pengadilan adalah pembantu Adidarma Dyaksa. Mereka itu biasa disebut
Pamegat atau Sang Pamegat artinya : Sang Pemutus alias Hakim. Baik Adidarma
Dyaksa maupun Upapati bergelar Sang Maharsi. Mula-mula jumlahnya hanya lima
yakni : Sang Pamegat Tirwan, Sang Pamegat Kandamuhi, Sang Pamegat Manghuri,
Sang Pamegat Jambi, Sang Pamegat Pamotan.
Mereka itu semuanya termasuk golongan Kasiwan,
karena agama Siwa adalah agama resmi negara Kadiri dan mempunyai pengikut
paling banyak. Pada zaman pemerintahan Prabu Jayabhaya jumlah Upapati ditambah
dua menjadi tujuh. Keduanya termasuk golongan Kabudan, sehingga ada lima
Upapati Kasiwan dan dua Upapati Kabudan. Perbandingan itu sudah layak mengingat
jumlah pemeluk agama Buda kalah banyak dengan jumlah pemeluk agama Siwa. Dua
Upapati Kabudan itu ialah Sang Pamegat Kandangan Tuha dan Sang Pamegat
Kandangan Rare.
Ketika Prabu Jayabaya bertahta di Mamenang,
beliau dihadap oleh pelbagai pembesar, di antaranya Dyaksa, Upapati dan Para
Panji yang paham tentang Undang-undang (Rassers, 1959:243). Dari uraian itu
nyata bahwa Para Panji adalah pembantu para Upapati dalam melakukan pengadilan
di daerah-daerah. Pangkat Panji masih dikenal di kesultanan Yogyakarta sampai
tahun 1940. Para Panji di Kesultanan Yogya diserahi tugas pengadilan. Jadi
tidak berbeda dengan Para Panji pada zaman Kadiri.
Lembaga peradilan kerajaan ini bertanggung jawab
kepada Raja secara langsung. Akan tetapi silang sengketa yang menyangkut
kepenting¬an Raja dan keluarganya, menggunakan peradilan khusus, sehingga
kontaminasi dan intervensi terhadap hasil putusan dapat dihindari. Dalam hal
ini Raja mempunyai staf hukum yang mumpuni, profesional dan tidak diragukan
lagi integritas serta kredibilitasnya.
Hukum Positif dan Budaya Simbolik
Dalam masa pemerintahan Prabu Jayabaya, prinsip
pelaksanaan kenegaraan terbagi menjadi dua yakni hukum positif dan budaya
simbolik. Hukum positif merupakan hukum yang berlaku berdasar peraturan
tertulis yang disepakati bersama. Biasanya hukum ini bersifat praktis, teknis
dan mikro. Semua transaksi dan lika-liku kehidupan yang menyang kut jual beli,
dagang, ekonomi, politik, karier, birokrasi, organisasi dan perkawinan diatur
secara rinci. Pelanggaran hukum dan dendanya pun diatur secara detail.
Di samping hukum positif, dalam menata
masyarakatnya Prabu Jayabhaya menggunakan pendekatan budaya simbolik. Untuk
menunjang keberhasilan program ini, maka diperintahkanlah para pujangga untuk
menulis karya cipta. Tujuannya agar aparat dan rakyat patuh pada norma susila.
Hanya saja apabila terjadi pelanggaran maka hukuman dan sangsinya bersifat
ghaib spiritual. Pujangga yang diberi tugas menulis kitab spiritual itu di
antaranya adalah Empu Sedah dan Empu Panuluh.
Empu Sedah adalah penyusun Kakawin Baratayudha
pada tahun 1079 Saka atau 1157 Masehi, dengan sengkalan berbunyi Sangha Kuda
Suddha Candrama. Hanya saja, Empu Sedah keburu meninggal sebelum karyanya
selesai. Kakawin Baratayudha dipersembahkan kepada Prabu Jayabhaya, Mapanji
Jayabhaya, Jayabhaya Laksana atau Sri Warmeswara.
Tingkat kecerdasan rakyat memang berbeda-beda.
Hukum positif yang disusun oleh elit negara, kadang kala kurang bisa dipahami
oleh rakyat awam. Keadaan ini disadari oleh para Raja Kadiri. Oleh karena itu
demi terciptanya susasana yang harmonis, lantas diciptakan nasehat-nasehat
simbolis berbau mistis. Kenyataannya pesan-pesan spitirual Prabu Jayabhaya yang
dibungkus dengan ramalan ghaib tadi dipercaya oleh sebagian besar masyarakat.
Sebagai pelengkap dan pengiring hukum positif, maka budaya simbolik tersebut
dapat digunakan untuk mencapai ketertiban sosial.
Prabu Jayabaya adalah raja besar laksana Dewa
Keadilan yang angejawantah ing madyapada. Sikap hidupnya benar-benar bijaksana.
Kewibawaannya telah membuat ketentraman dan kemuliaan jagat raya, yang membuat
Kerajaan Kadiri mencapai masa kejayaan dan keemasan.
Selama Prabu Jayabaya memegang kendali
pemerintahan dan tata praja, Nusantara sungguh-sungguh diperhitungkan di
kawasan Asia Tenggara, Asia Tengah dan Asia Selatan. Beliau berhasil mewujudkan
negara yang Gedhe Obore, Padhang Jagade, Dhuwur Kukuse, Adoh Kuncarane, Ampuh
Kawibawane. Masyarakat merasakan negara yang Gemah Ripah Loh Jinawi, Tata
Tentrem Karta Raharja. Konsep Saptawa, dijadikan sebagai program utama yaitu:
1.
Wastra (sandang)
2.
Wareg (pangan)
3.
Wisma (papan)
4.
Wasis (pendidikan)
5.
Waras (kesehatan)
6.
Waskita (keruhanian), dan
7.
Wicaksana (kebijaksanaan).
Masyarakat Jawa percaya bahwa Prabu Jayabaya
selalu bersikap arif dan bijaksana serta menjunjung hukum yang berlaku. Semua
golongan masyarakat bersatu padu mendukung pemerintahannya. Refleksi kearifan
warisan para leluhur raja Jawa dijadikan referensi untuk membawa kebesaran
Nusantara.
Kebesaran dan kejayaan Kerajaan Kediri, di
samping faktor kepemimpinan rajanya yang selalu mengutamakan kepentingan umum,
juga didukung oleh kejeliannya dalam menyusun Undang-undang dasar yang mengikat
sekalian warganya. Kepatuhan pada konstitusi telah membuat ketertiban di
seluruh kawasan Kerajaan Kadiri. Aparat kerajaan yang terdiri dari pejabat
sipil dan militer bekerja sesuai dengan amanat konstitusi, sehingga segala
kebijakan kerajaan membuahkan kemakmuran dan ketentraman rakyat.
Bukti Peninggalan Sejarah Kerajaan Kediri
Sumber sejarah kerajaan Kediri dapat di
telusuri dari beberapa prasasti dan berita asing di antaranya
:
- Prasasti Banjaran berangka tahun 1052 M menjelaskan kemenangan Panjalu atas Jenggala.
- Prasasti Hantang berangka tahun 1052 M menjelaskan Panjalu pada masa Jayabaya.
- Prasasti Sirah Keting (1104 M), memuat pemberian hadiah tanah kepada rakyat desa oleh Jayawarsa.
- Prasasti yang ditemukan di Tulungagung dan Kertosono berisi masalah keagamaan , berasal dari raja Bameswara.
- Prasasti Ngantang (1135M), menyebutkan raja Jayabaya yang memberikan hadiah kepada rakyat desa Ngantang sebidang tanah yang bebas dari pajak.
- Prasasti Jaring (1181M), dari raja Gandra yang memuat sejumlah nama pejabat dengan menggunakan nama hewan seperi Kebo Waruga dan Tikus Jinada.
- Prasasti Kamulan (1194M) , memuat masa pemerintahan Kertajaya , dimana Kediri berhasil mengalahkan musuh yang telah memusuhi istana Katang-Katang.
- Candi Penataran : Candi termegah dan terluas di Jawa Timur ini terletak di lereng barat daya Gunung Kelud, di sebelah utara Blitar, pada ketinggian 450 meter dpl. Dari prasasti yang tersimpan di bagian candi diperkirakan candi ini dibangun pada masa Raja Srengga dari Kerajaan Kediri sekitar tahun 1200 Masehi dan berlanjut digunakan sampai masa pemerintahan Wikramawardhana, Raja Kerajaan Majapahit sekitar tahun 1415.
- Candi Gurah : Candi Gurah terletak di kecamatan di Kediri, Jawa Timur. Pada tahun 1957 pernah ditemukan sebuah candi yang jaraknya kurang lebih 2 km dari Situs Tondowongso yang dinamakan Candi Gurah namun karena kurangnya dana kemudian candi tersebut dikubur kembali.
- Candi Tondowongso : Situs Tondowongso merupakan situs temuan purbakala yang ditemukan pada awal tahun 2007 di Dusun Tondowongso, Kediri, Jawa Timur. Situs seluas lebih dari satu hektare ini dianggap sebagai penemuan terbesar untuk periode klasik sejarah Indonesia dalam 30 tahun terakhir (semenjak penemuan Kompleks Percandian Batujaya), meskipun Prof.Soekmono pernah menemukan satu arca dari lokasi yang sama pada tahun 1957. Penemuan situs ini diawali dari ditemukannya sejumlah arca oleh sejumlah perajin batu bata setempat.Berdasarkan bentuk dan gaya tatahan arca yang ditemukan, situs ini diyakini sebagai peninggalan masa Kerajaan Kediri awal (abad XI), masa-masa awal perpindahan pusat politik dari kawasan Jawa Tengah ke Jawa Timur. Selama ini Kerajaan Kediri dikenal dari sejumlah karya sastra namun tidak banyak diketahui peninggalannya dalam bentuk bangunan atau hasil pahatan.
- Arca Buddha Vajrasattva : Arca Buddha Vajrasattva ini berasal dari zaman Kerajaan Kediri (abad X/XI). Dan sekarang merupakan Koleksi Museum für Indische Kunst, Berlin-Dahlem, Jerman.
- Prasasti Galunggung : Prasasti Galunggung memiliki tinggi sekitar 160 cm, lebar atas 80 cm, lebar bawah 75 cm. Prasasti ini terletak di Rejotangan, Tulungagung. Di sekeliling prasasti Galunggung banyak terdapat tulisan memakai huruf Jawa kuno. Tulisan itu berjajar rapi. Total ada 20 baris yang masih bisa dilihat mata. Sedangkan di sisi lain prasasti beberapa huruf sudah hilang lantaran rusak dimakan usia. Di bagian depan, ada sebuah lambang berbentuk lingkaran. Di tengah lingkaran tersebut ada gambar persegi panjang dengan beberapa logo. Tertulis pula angka 1123 C di salah satu sisi prasasti.
- Candi Tuban : Pada tahun 1967, ketika gelombang tragedi 1965 melanda Tulungagung. Aksi Ikonoklastik, yaitu aksi menghancurkan ikon – ikon kebudayaan dan benda yang dianggap berhala terjadi. Candi Mirigambar luput dari pengrusakan karena adanya petinggi desa yang melarang merusak candi ini dan kawasan candi yang dianggap angker.Massa pun beralih ke Candi Tuban, dinamakan demikian karena candi ini terletak di Dukuh Tuban, Desa Domasan, Kecamatan Kalidawir, Kabupaten Tulungagung. Candi ini terletak sekitar 500 meter dari Candi Mirigambar. Candi Tuban sendiri hanya tersisa kaki candinya. Setelah dirusak, candi ini dipendam dan kini diatas candi telah berdiri kandang kambing, ayam dan bebek.Menurut Pak Suyoto, jika warga mau kembali menggalinya, maka kira – kira setengah sampai satu meter dari dalam tanah, pondasi Candi Tuban bisa tersingkap dan relatif masih utuh. Pengrusakan atas Candi Tuban juga didasari legenda bahwa Candi Tuban menggambarkan tokoh laki – laki Aryo Damar, dalam legenda Angling Dharma dan jika sang laki – laki dihancurkan, maka dapat dianggap sebagai kemenangan.
- Prasasti Panumbangan : Pada tanggal 2 Agustus 1120 Maharaja Bameswara mengeluarkan prasasti Panumbangan tentang permohonan penduduk desa Panumbangan agar piagam mereka yang tertulis di atas daun lontar ditulis ulang di atas batu. Prasasti tersebut berisi penetapan desa Panumbangan sebagai sima swatantra oleh raja sebelumnya yang dimakamkan di Gajapada. Raja sebelumnya yang dimaksud dalam prasasti ini diperkirakan adalah Sri Jayawarsa.
- Prasasti Talan : Prasasti Talan/ Munggut terletak di Dusun Gurit, Kabupaten Blitar. Prasasti ini berangka tahun 1058 Saka (1136 Masehi). Cap prasasti ini adalah berbentuk Garudhamukalancana pada bagian atas prasasti dalam bentuk badan manusia dengan kepala burung garuda serta bersayap.Isi prasasti ini berkenaan dengan anugerah sima kepada Desa Talan yang masuk wilayah Panumbangan memperlihatkan prasasti diatas daun lontar dengan cap kerajaan Garudamukha yang telah mereka terima dari Bhatara Guru pada tahun 961 Saka (27 Januari 1040 Masehi) dan menetapkan Desa Talan sewilayahnya sebagai sima yang bebas dari kewajiban iuran pajak sehingga mereka memohon agar prasasti tersebut dipindahkan diatas batu dengan cap kerajaan Narasingha.Raja Jayabhaya mengabulkan permintaan warga Talan karena kesetiaan yang amat sangat terhadap raja dan menambah anugerah berupa berbagai macam hak istimewa.
Peninggalan Kitab Kerajaan Kediri
Pada zaman Kediri karya sastra berkembang pesat
sehingga banyak karya sastra yang dihasilkan. Karya sastra tersebut adalah
sebagai berikut :
- Kitab Wertasancaya karangan Empu Tan Akung yang berisi petunjuk tentang cara membuat syair yang baik.
- Kitab Smaradhahana yang digubah oleh Empu Dharmaja dan berisi pujian kepada raja sebagai titisan Dewa Kama. Kitab ini juga menyebutkan bahwa nama ibu kota kerajaannya adalah Dahana.
- Kitab Lubdaka karangan Empu Tan Akung yang berisi kisah Lubdaka sebagai seorang pemburu yang mestinya masuk neraka. Karena pemujaannya yang istimewa, ia ditolong dewa dan rohnya diangkat ke surga.
- Kitab Kresnayana karangan Empu Triguna yang berisi riwayat Kresna sebagai anak nakal, tetapi dikasihi setiap orang karean suka menolong dan sakti.
- Kitab Samanasantaka karangan Empu Monaguna yang mengisahkan Bidadari Harini yang terkenal untuk Begawan Trenawindu.
- Kitab Baharatayuda yang diubah oleh Empu Sedah dan Empu Panuluh.
- Kitab Gatotkacasraya dan Kitab Hariwangsa yang diubah oleh Empu Panuluh.
Kehidupan Politik Dan Pemerintahan Kerajaan Kediri
Mapanji Garasakan memerintah tidak lama. Ia
digantikan Raja Mapanji Alanjung (1052 – 1059 M). Mapanji Alanjung kemudian
diganti lagi oleh Sri Maharaja Samarotsaha. Pertempuran yang terus menerus
antara Jenggala dan Panjalu menyebabkan selama 60 tahun tidak ada berita yang
jelas mengenai kedua kerajaan tersebut hingga munculnya nama Raja Bameswara
(1116 – 1135 M) dari Kediri.
Pada masa itu ibu kota Panjalu telah dipindahkan
dari Daha ke Kediri sehingga kerajaan ini lebih dikenal dengan nama Kerajaan
Kediri. Raja Bameswara menggunakan lencana kerajaan berupa tengkorak bertaring
di atas bulan sabit yang biasa disebut Candrakapala. Setelah Bameswara
turun takhta, ia digantikan Jayabaya yang dalam masa pemerintahannya itu
berhasil mengalahkan Jenggala. Berturut-turut raja-raja Kediri sejak Jayabaya
sebagai berikut.
Pada tahun 1019 M Airlangga dinobatkan menjadi
raja Medang Kamulan. Airlangga berusaha memulihkan kembali kewibawaan Medang
Kamulan, setelah kewibawaan kerajaan berahasil dipulihkan, Airlangga
memindahkan pusat pemerintahan dari Medang Kamulan ke Kahuripan. Berkat jerih
payahnya , Medang Kamulan mencapai kejayaan dan kemakmuran. Menjelang akhir
hayatnya , Airlangga memutuskan untuk mundur dari pemerintahan dan menjadi
pertapa dengan sebutan Resi Gentayu. Airlangga meninggal pada tahun 1049 M.
Pewaris tahta kerajaan Medang Kamulan seharusnya
seorang putri yaitu Sri Sanggramawijaya yang lahir dari seorang permaisuri.
Namun karena memilih menjadi pertapa, tahta beralih pada putra Airlangga yang
lahir dari selir. Untuk menghindari perang saudara, Medang Kamulan dibagi
menjadi dua yaitu kerajaan Jenggala dengan ibu kota Kahuripan, dan kerajaan
Kediri (Panjalu) dengan ibu kota Dhaha. Tetapi upaya tersebut mengalami
kegagalan.
Hal ini dapat terlihat hingga abad ke 12 , dimana
Kediri tetap menjadi kerajaan yang subur dan makmur namun tetap tidak damai
sepenuhnya dikarenakan dibayang- bayangi Jenggala yang berada dalam posisi yang
lebih lemah. Hal itu menjadikan suasana gelap, penuh kemunafikan dan pembunuhan
berlangsung terhadap pangeran dan raja – raja antar kedua negara. Namun
perseteruan ini berakhir dengan kekalahan jenggala, kerajaan kembali
dipersatukandi bawah kekuasaan Kediri.
Kehidupan Ekonomi Kerajaan Kediri
Strategi kepemimpinan Prabu Jayabaya dalam
memakmurkan rakyatnya memang sangat mengagumkan (Gonda, 1925 : 111). Kerajaan
yang beribukota di Dahanapura bawah kaki Gunung Kelud ini tanahnya amat subur,
sehingga segala macam tanaman tumbuh menghijau. Pertanian dan perkebunan
hasilnya berlimpah ruah. Di tengah kota membelah aliran sungai Brantas. Airnya
bening dan banyak hidup aneka ragam ikan, sehingga makanan berprotein dan
bergizi selalu tercukupi.
Hasil bumi itu kemudian diangkut ke Kota
Jenggala, dekat Surabaya, dengan naik perahu menelusuri sungai. Roda
perekonomian berjalan lancar sehingga Kerajaan Kadiri benar-benar dapat disebut
sebagai negara yang Gemah Ripah Loh Jinawi Tata Tentrem Karta Raharja.
Dalam kehidupan ekonomi diceritakan bahwa
perekonomian Kediri bersumber atas usaha perdagangan, peternakan, dan
pertanian. Kediri terkenal sebagai penghasil beras,menanam kapas dan memelihara
ulat sutra. Dengan demikian dipandang dariaspek ekonomi, kerajaan Kediri sudah
cukup makmur. Hal ini terlihat dari kemampuan kerajaan memberikan penghasilan
tetap kepada para pegawainya walaupun hanya dibayar dengan hasil bumi. Demikian
keterangan yang diperoleh berdasarkan kitab Chi-Fan-Chi dan
kitab Ling-wai-tai-ta.
Untuk menopang penghasilan kerajaan ,
diberlakukan sistem pajak. Komoditas dagang berupa beras, emas, perak,
daging, dan kayu cendana. Adapun bentuk pajak berupa beras, kayu, dan
palawija.
Kehidupan AGAMA DAN SPIRITUAL Kerajaan Kediri
Agama yang berkembang di Kediri adalah agama
hindu aliran Waisnawa ( Airlangga titisan Wisnu). Dalam bidang spiritual di
Kerajaan Kediri juga sangat maju (Pigeaud, 1924:67). Tempat ibadah dibangun di
mana-mana. Para guru kebatinan mendapat tempat yang terhormat. Bahkan Sang
Prabu sendiri kerap melakukan tirakat, tapa brata dan semedi. Beliau suka
bermeditasi di tengah hutan yang sepi. Laku prihatin dengan cegah dhahar lawan
guling, mengurangi makan tidur.
Hal ini menjadi aktifitas ritual sehari-hari.
Tidak mengherankan apabila Prabu Jayabhaya ngerti sadurunge winarah (Tahu
sebelum terjadi) yang bisa meramal owah gingsire jaman. Ramalan itu sungguh
relevan untuk membaca tanda-tanda jaman saat ini.
Prabu Jayabaya memerintah antara 1130 – 1157 M.
Dukungan spiritual dan material dari Prabu Jayabaya dalam hal hukum dan
pemerintahan tidak tanggung-tanggung. Sikap merakyat dan visinya yang jauh ke
depan menjadikan Prabu Jayabaya layak dikenang sepanjang masa. Kalau rakyat
kecil hingga saat ini ingat pada beliau, hal itu menunjukkan bahwa pada masanya
berkuasa tindakannya selalu bijaksana dan adil terhadap rakyatnya.
Kehidupan beragama sudah diatur juga dalam
Undang-undang. Tiap bab memuat pasal-pasal yang sejenis, sehingga ada
sistematika dalam penyusunan. Sudah pasti bahwa susunannya semula menganut
suatu sistem. Kitab hukum per Undang-undangan itu disusun sebagai berikut:
Bab
I
: Sama Beda Dana Denda, berisi ketentuan diplomasi,
aliansi, konstribusi dan sanksi.Bab II : Astadusta, berisi tentang sanksi delapan kejahatan (penipuan, pemerasan, pencurian, pemerkosaan, penganiayaan, pembalakan, penindasan dan pembunuhan)
Bab III : Kawula, berisi tentang hak-hak dan kewajiban masyarakat sipil.
Bab IV : Astacorah, berisi tentang delapan macam penyimpangan administrasi kenegaraan.
Bab V : Sahasa, berisi tentang sistem pelaksanaan transaksi yang berkaitan pengadaan barang dan jasa.
Bab VI : Adol-atuku, berisi tentang hukum perdagangan.
Bab VII : Gadai atau Sanda, berisi tentang tata cara pengelolaan lembaga pegadaian.
Bab VIII : Utang-apihutang, berisi aturan pinjam-meminjam
Bab IX : Titipan, berisi tentang sistem lumbung dan penyimpanan barang.
Bab X : Pasok Tukon, berisi tentang hukum perhelatan.
Bab XI : Kawarangan, berisi tentang hukum perkawinan.
Bab XII : Paradara, berisi hukum dan sanksi tindak asusila.
Bab XIII : Drewe kaliliran, berisi tentang sistem pembagian warisan.
Bab XIV : Wakparusya, berisi tentang sanksi penghinaan dan pencemaran nama baik.
Bab XV : Dendaparusya, berisi tentang sanksi pelanggaran administrasi
Bab XVI : Kagelehan, berisi tentang sanksi kelalaian yang menyebabkan kerugian publik.
Bab XVII : Atukaran, berisi tentang sanksi karena menyebarkan permusuhan.
Bab XVIII : Bumi, berisi tentang tata cara pungutan pajak
Bab XX : Dwilatek, berisi tentang sanksi karena melakukan kebohongan publik.
Kehidupan Sosial Dan Budaya
Kondisi masyarakat Kediri sudah teratur.
Penduduknya sudah memakai kain sampai di bawah lutut, rambut diurai, serta
rumahnya bersih dan rapi. Dalam perkawinan, keluarga pengantin wanita menerima
maskawin berupa emas. Orang-orang yang sakit memohon kesembuhan kepada dewa dan
Buddha.
Perhatian raja terhadap rakyatnya sangat tinggi.
Hal itu dibuktikan pada kitab Lubdaka yang berisi tentang kehidupan sosial
masyarakat pada saat itu. Tinggi rendahnya martabat seseorang bukan berdasarkan
pangkat dan harta bendanya, tetapi berdasarkan moral dan tingkah lakunya. Raja
juga sangat menghargai dan menghormati hak-hak rakyatnya. Akibatnya, rakyat
dapat leluasa menjalankan aktivitas kehidupan sehari-hari.
Pada zaman Kediri karya sastra berkembang pesat.
Banyak karya sastra yang dihasilkan. Pada masa pemerintahan Jayabaya, raja
pernah memerintahkan kepada Empu Sedah untuk mengubah kitab Bharatayuda ke
dalam bahasa Jawa Kuno. Karena tidak selesai, pekerjaan itu dilanjutkan oleh Empu
Panuluh. Dalam kitab itu, nama Jayabaya disebut beberapa kali sebagai sanjungan
kepada rajanya. Kitab itu berangka tahun dalam bentuk candrasangkala, sangakuda
suddha candrama (1079 Saka atau 1157 M). Selain itu, Empu Panuluh juga menulis
kitab Gatutkacasraya dan Hariwangsa.
Pada masa pemerintahan Kameswara juga ditulis
karya sastra, antara lain sebagai berikut.
- Kitab Wertasancaya, yang berisi petunjuk tentang cara membuat syair yang baik. Kitab itu ditulis oleh Empu Tan Akung.
- Kitab Smaradhahana, berupa kakawin yang digubah oleh Empu Dharmaja. Kitab itu berisi pujian kepada raja sebagai seorang titisan Dewa Kama. Kitab itu juga menyebutkan bahwa nama ibu kota kerajaannya adalah Dahana.
- Kitab Lubdaka, ditulis oleh Empu Tan Akung. Kitab itu berisi kisah Lubdaka sebagai seorang pemburu yang mestinya masuk neraka. Karena pemujaannya yang istimewa, ia ditolong dewa dan rohnya diangkat ke surga.
Selain karya sastra tersebut, masih ada karya
sastra lain yang ditulis pada zaman Kediri, antara lain sebagai berikut.
- Kitab Kresnayana karangan Empu Triguna yang berisi riwayat Kresna sebagai anak nakal, tetapi dikasihi setiap orang karena suka menolong dan sakti. Kresna akhirnya menikah dengan Dewi Rukmini.
- Kitab Samanasantaka karangan Empu Managuna yang mengisahkan Bidadari Harini yang terkena kutuk Begawan Trenawindu.
Adakalanya cerita itu dijumpai dalam bentuk
relief pada suatu candi. Misalnya, cerita Kresnayana dijumpai pada relief Candi
Jago bersama relief Parthayajna dan Kunjarakarna.
Karya di Bidang Hukum Tata Negara
Empu Triguna hidup pada masa pemerintahan Prabu
Jayawarsa di Panjalu pada tahun 1026 Saka atau 1104 Masehi (Poerbatjaraka,
1957: 18). Prabu Jayawarsa ini juga menjadi patron bagi para pujangga dalam
mengembangkan dinamika ilmu hukum dan tata praja. Para cendekiawan yang
berbakat diberi fasilitas untuk mengaktualisasikan idealismenya.
Pernyataan ini didukung, sebenarnya sudah
digarisbawahi oleh pujangga kita dahulu. Karya hukum dan tata praja yang telah
diciptakan oleh Empu Triguna adalah Kakawin
Kresnayana. Kakawin Kresnayana berisi tentang ilmu hukum dan
pemerintahan. Prabu Jayawarsa juga amat peduli dengan kehidupan ilmu
pengetahuan, sebagai tanda bahwa beliau juga seorang humanis. Empu Manoguna
adalah rekan seangkatan Empu Triguna. Keduanya merupakan pujangga istana jaman
Prabu Jayawarsa di Kerajaan Kadiri.
Menilik nama Empu Manoguna dan Triguna ada bagian
yang sama, kemungkinan besar dapat diduga keduanya masih ada hubungan kerabat
atau seperguruan. Yang jelas kedua Empu ini adalah konsultan dan penasehat
utama Prabu Jayawarsa.
Karya hukum dan tata praja ciptaan Empu
Manoguna adalah Kakawin Sumanasantaka, cerita yang
bersumber dari Kitab Raguwangsa karya pujangga besar dari India, Sang Kalisada.
Pengaruh India ke dalam kehidupan masyarakat Jawa Kuno memang besar, baik yang
bersifat Hindu maupun Buda. Hal ini tampak dengan ungkapan bahasa Sansekerta
yang masuk dalam kosakata ilmu pengetahuan Jawa Kuno. Sumanasantaka berasal
dari kata sumanasa = kembang dan antaka = mati. Artinya adalah mati oleh
kembang. Serat Sumanasantaka menceritakan kebijaksanaan seorang raja dalam
memimpin rakyatnya.
Karya hukum dan tata praja Empu Dharmaja
yang terkenal adalah Kakawin Smaradahana dan Kakawin Bomakawya. Kitab
Smaradahana menceritakan Batara Kamajaya yang punya sifat keagungan. Kitab
Bomakawya menurut Teeuw (1946:97) menceritakan cara memimpin yang berdasarkan
pada nilai keadilan dan perdamaian.
Kerajaan Kediri mengalami masa keemasan ketika diperintah oleh Prabu
Jayabaya. Sukses gemilang Kerajaan Kediri didukung oleh tampilnya cendekiawan
terkemuka Empu Sedah, Empu Panuluh, Empu Darmaja, Empu Triguna dan Empu
Manoguna. Mereka adalah jalma sulaksana, manusia paripurna yang telah
memperoleh derajat oboring jagad raya. Di bawah kepemimpinan Prabu Jayabhaya,
Kerajaan Kadiri mencapai puncak peradaban, terbukti dengan lahirnya kitab-kitab
hukum dan kenegaraan sebagaimana terhimpun dalam karya-karya Kakawin
Bharatayuda oleh Empu Sedah dan Empu Panuluh , Gathotkacasraya dan Hariwangsa
oleh Empu Panuluh yang hingga kini merupakan warisan ruhani bermutu
tinggi,
Masa Kejayaan Kerajaan Kediri
Kerajaan Kediri mencapai puncak kejayaan ketika
masa pemerintahan Raja Jayabaya. Daerah kekuasaannya semakin meluas yang
berawal dari Jawa Tengah meluas hingga hampir ke seluruh daerah Pulau Jawa.
Selain itu, pengaruh Kerajaan Kediri juga sampai masuk ke Pulau Sumatera yang
dikuasai Kerajaan Sriwijaya. Kejayaan pada saat itu semakin kuat ketika
terdapat catatan dari kronik Cina yang bernama Chou Ku-fei pada tahun 1178 M
berisi tentang Negeri paling kaya di masa kerajaan Kediri pimpinan Raja Sri
Jayabaya.
Bukan hanya daerah kekuasaannya saja yang besar,
melainkan seni sastra yang ada di Kediri cukup mendapat perhatian. Dengan
demikian, Kerajaan Kediri semakin disegani pada masa itu.
Masa Runtuhnya Kerajaan Kediri
Kerajaan Panjalu / Kediri runtuh pada masa
pemerintahan Kertajaya yang juga lebih dikenal dengan sebutan Dandang Gendis.,
dan dikisahkan dalam ”Pararaton” dan ”Nagarakretagama”. Pada tahun 1222
Kertajaya sedang berselisih melawan kaum brahmana. Selama pemerintahannya,
keadaan Kediri menjadi tidak aman. Kestabilannya kerajaan menurun. Hal ini
disebabkan Raja Kertajaya mempunyai maksud mengurangi hak-hak kaum Brahmana.
Hal ini ditentang oleh kaum Brahmana. Kedudukan kaum Brahmana di Kerajaan
Kediri semakin tidak aman.
Kaum Brahmana banyak yang lari dan minta bantuan
ke Tumapel yang saat itu diperintah oleh Ken Arok. Raja Kertajaya yang
mengetahui bahwa kaum Brahmana banyak yang lari dan minta bantuan ke Tumapel,
mempersiapkan pasukannya untuk menyerang Tumapel. Sementara itu, Ken Arok
dengan dukungan kaum Brahmana melakukan serangan ke Kerajaan Kediri.
Kedua pasukan itu bertemu di dekat Genter , sekitar Malang (1222 M). Dalam
pertempuran itu pasukan Kediri berhasil dihancurkan. Raja Kertajaya berhasil
meloloskan diri.
Dengan demikian, berakhirlah kekuasaan kerajaan
Kediri . Akhirnya kerajaan Kediri menjadi daerah bawahan Kerajaan Tumapel.
Selanjutnya berdirilah Kerajaan Singasari dengan Ken Arok sebagai raja pertama.
KESIMPULAN
Kerajaan Kediri / Panjalu yang merupakan kerajaan
hasil bagi dari kerajaan Kahuripan di Jawa Timur pada masa raja Airlangga
merupakan kerajaan yang patut diperhitungkan. Kerajaan yang berada di sekitar
wilayah Kediri ( sekarang ) ini mengalami masa puncak kejayaan pada masa raja
Jayabaya yang sangat terkenal dengan ilmu dan keahliannya dalam membaca masa
depan atau meramal. Tak hanya cakap dalam meramal, bahkan raja Jayabaya yang
membawa kemakmuran bagi Kediri telah mampu mengelola dan memimpin kerajaannya
dengan sangat baik.
Hal ini terbukti dari berbagai peninggalan
sejarah yang telah direkonstruksikan dan memberitahukan kepada pembaca sekarang
bahwa pada zaman kerajaan Kediri telah muncul berbagai sastra dan budaya yang
sangat luar biasa, mulai dari kitab Bharatayudha, Hariwangsa sampai
Gatotkacasraya. Kerajaan Kediri pada masa itu merupakan kerajaan yang mandiri
dan makmur, yang secara ekonomi mengalami kecukupan dengan mendayagunakan
pertanian, perdagangan, dan peternakan.
Kehidupan yang makmur membuat masyarakat dalam
aspek sosial mengalami hal yang senada. Karena dipimpin raja yang bijak, tak
urung kemajuan dari masyarakat yang berkecukupan dalam hal sandang, pangan dan
papan. Tak hanya dalam hal fisik yang mencoba dibangun oleh raja Jayabaya
pada saat itu juga telah diberlakukan ketertiban dan hukum yang jelas dank eras
bagi seluruh rakyat Kediri. Walaupun kemakmuran tersebut tidak berlangsung lama
karena kemudian kegelapan mengganti masa-masa jaya kerajaan Kediri pada masa
pemerintahan Kertajaya (1222 M).
Kerincuhan dan selisih paham yang berlaku dan
terjadi antara Kertajaya dan kaum brahmana ternyata membawa akhir bagi kerajaan
Kediri. Brahnama yang tidak sepahan meminta bantuan Ken Arok yang pada saat itu
juga sedang gencar-gencarnya melakukan usaha ekspansionis untuk mendirikan
sebuah kerajaan yang pada akhirnya bernama Singasari.
Namun, keberadaab kerajaan Kediri merupakan
sebuah bukti eksistensi dan kemakmuan salah satu kerajaan di Jawa Timur sebagai
penerus dinasti Isyana. Dengan sistem pemerintahan, birokrasi, ekonomi, sosial,
budaya, dan agama yang mengalami kemajuan secara gilang-gemilang.
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat Yoedoprawiro, 2000. Relevansi Ramalan
Jayabaya dan Indonesia Abad XXI. Jakarta : Balai Pustaka.
Meinsma, 1903. Serat Babad Tanah Jawi, Wiwit
Saking Nabi Adam Dumugi ing Tahun 1647. S’Gravenhage.
Moedjanto, 1994. Konsep Kekuasaan Jawa,
Penerapannya oleh Raja-raja Mataram. Yogyakarta: Kanisius.
Pigeaud, 1924. De Tantu Panggelaran
Uitgegeven, Vertaald en Toegelicht. Disertasi Leiden.
Poerbatjaraka, 1957. Kapustakan Jawi. Jakarta
: Djambatan.
Rassers, 1959. De Panji Roman, Leiden :
Dissertatie.
Stutterheim, 1930. Rama Legenden und Rama
Reliefs in Indonesia, Munchen : Kulturkreis der Indische.
Teeuw, 1946. Het Bhomakawya, Leiden :
Dissertatie.
Zoetmulder, 1985. Kalangwan: Sastra Jawa Kuna
Selayang Pandang. Jakarta: Djambatan.
https://www.gurupendidikan.co.id/kerajaan-kediri/
https://www.gurupendidikan.co.id/kerajaan-kediri/
Langganan:
Postingan (Atom)