Bagaimanakah
caranya agar mudah mendapatkan ilmu pengetahuan? Apa yang harus dilakukan agar
mudah menghafal pelajaran yang diberikan guru di sekolah?
Mengapa ilmu yang sudah didapatkan
kurang bermanfaat? Dan, masih banyak pertanyaan lainnya. Pertanyaan-pertanyaan
tersebut kerap diungkapkan banyak pelajar dari dahulu hingga sekarang.
Ada yang sudah berusaha menghafal
pelajaran hingga larut malam, namun begitu ujian tiba, malah lupa akan
pelajaran yang dihafal. Bahkan ada yang bertahun-tahun menuntut ilmu
pengetahuan, namun ia tidak tahu harus diapakan ilmu yang sudah didapatkan. Ada
pula yang sudah bertahun-tahun belajar, namun tak juga paham akan pelajaran
tersebut. Mengapa hal ini bisa terjadi?
Bila pertanyaan ini diajukan pada Syekh
Burhanuddin al-Zarnuji, pengarang kitab Ta'lim al-Muta'allim Ila Thariqah
al-Ta'allum, pastinya beliau akan mengatakan, karena seseorang itu tidak
sungguh-sungguh dalam menuntut ilmu, tidak taat sama gurunya, tidak fokus, suka
main-main, dan lain sebagainya.
Kitab Ta'lim al-Muta'allim ila
Thariqah al-Ta'allum yang lebih dikenal dengan nama Ta'lim Muta'allim,
adalah satu-satunya karya Syekh Burhanuddin al-Zarnuji. Di dalam kitab ini,
al-Zarnuji menjelaskan tentang metode belajar yang baik. Ia membagi kitabnya
ini dalam 13 bab, yang semuanya itu dimaksudkan agar seorang pelajar bisa
mendapatkan ilmu dengan baik dan bermanfaat bagi dirinya dan orang lain.
Di kalangan pesantren, khususnya yang
berbasis salafiyah (tradisional), kitab ini merupakan salah satu yang
dipelajari. Kitab ini menjadi acuan sekaligus bimbingan bagi penuntut ilmu agar
mendapatkan ilmu yang bermanfaat.
Dalam kitab ini banyak sekali terdapat
petunjuk bagi seorang penuntut ilmu. Misalnya, dalam memilih guru atau teman
sebagai 'kawan' berdiskusi dalam menyelesaikan berbagai permasalahan yang ada
dalam masyarakat. Syekh al-Zarnuji juga menuliskan tentang cara memuliakan
ilmu, orang yang berilmu (guru), kewajiban seorang murid sebagai penuntut ilmu,
dan lain sebagainya.
Dalam hal hubungan dengan seorang teman,
Syekh Al-Zarnuji menyatakan: Laa tashhibu al-Kaslan fi haalaatihi, kam
Shaalih bifasaadi Aakhir yufsidi (Janganlah engkau bergaul dengan seorang
yang pemalas, banyak orang baik lantaran bergaul dengan orang yang rusak
tingkah lakunya, akhirnya ia menjadi rusak).
Sebagai
seorang Muslim, terlebih pelajar Muslim, mencari ilmu atau thalab al-’ilmi adalah suatu kewajiban. Sebagaimana
hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Abdil Barr :
طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ وَمُسْلِمَةٍ
Artinya:
”Mencari ilmu itu adalah wajib bagi setiap muslim laki-laki maupun muslim
perempuan”.
Karena itu, seorang Pencari Ilmu atau
Pelajar harus memiliki bekal-bekal yang cukup, sehingga dia sukses dalam
pencariannya.
Hal pertama yang harus dimiliki dan
dilakukan oleh Pencari Ilmu adalah niat, niat yang sungguh-sungguh.
Tersebut
dalam Kitab Ta’lim Al-Muta’allim oleh Syaikh
Az-Zarnuji, niat mencari ilmu khususnya ilmu agama setidaknya mencakup hal-hal
berikut: Niat mengharapkan Ridha Allah Subhanahu wa Ta’ala, untuk menggapai
kebahagiaan akhirat, membasmi kebodohan bagi dirinya dan kebodohan orang-orang
disekitarnya, menghidupkan agama, dan untuk menjaga keberlangsungan (kekekalan)
agama.
Selain niat, Pencari Ilmu juga harus
memiliki 6 (enam) hal sebagai modal dalam mencari ilmu.
Mengenai hal ini, Syaikh Az-Zarnuji di
dalam kitabnya tersebut menuliskan sebuah syair dari Sayyidina ‘Ali bin Abi
Thalib radhiyallahu ‘anhu., dua bait syair itu berbunyi:
اَلا لاَ تَناَلُ اْلعِلْمَ إِلاَّ بِسِتَّةٍ سَأُنْبِيْكَ عَنْ مَجْمُوْعِهَا بِبَيَانٍ
ذَكاَءٍ وَحِرْصٍ وَاصْطِباَرٍ وَبُلْغَةٍ وَإِرْشَادِ أُسْتَاذٍ وَطُوْلِ زَمَانٍ
Artinya:
“Ingatlah! Engkau tidak akan mendapatkan ilmu kecuali dengan memenuhi enam
syarat. Saya akan beritahukan keseluruhannya secara rinci. Yaitu:
Kecerdasan, kemauan, sabar, biaya, bimbingan guru dan waktu
yang lama.”
1. Kecerdasan
Ulama
membagi kecerdasan menjadi dua yaitu: yang pertama, muhibatun minallah (kecerdasan yang diberikan oleh
Allah). Contoh, Seseorang yang memiliki hafalan yang kuat.
Yang
kedua adalah
kecerdasan yang didapat dengan usaha (muktasab) misalnya dengan cara mencatat,
mengulang materi yang diajarkan, berdiskusi dll.
2. Bersungguh-sungguh
Barang siapa yang bersungguh-sungguh,
maka ia akan mendapatkan kesuksesan. Begitu pula dalam menuntut ilmu,
kesungguhan adalah salah satu modal untuk menguasai ilmu yang sedang kita
pelajari.
Pepatah mengatakan: مَنْ جَدَّ وَجَدَ “Siapa bersungguh-sungguh pasti dapat”.
3. Kesabaran
Yang
Ketiga Sabar dalam menuntut ilmu dibutuhkan kesabaran,
sabar dalam belajar, sabar dalam diuji, sabar dalam segala hal yang kita alami
dalam proses menuntut ilmu, sabar dalam menjalani hukuman sekalipun jika ada.
Hidup ini adalah ujian pasti Allah akan
uji kesungguhan kita dalam menuntut ilmu, jikalau kita lolos dalam menjalaninya
maka kita akan dinaikan tingkat kita dari yang sebelumnya.
Pepatah
mengatakan, “Orang yang cerdas adalah orang yang tidak akan pernah berhenti
belajar.
4. Biaya
Dalam menuntut ilmu tentu butuh biaya
(bekal), tidak mungkin menuntut ilmu tanpa biaya (bekal). Contoh para imam,
Imam Malik menjual salah satu kayu penopang atap rumahnya untuk menuntut ilmu.
Imam Ahmad melakukan perjalanan jauh ke
berbagai negara untuk mencari ilmu. Beliau janji kepada Imam Syafi’i untuk
bertemu di Mesir akan tetapi beliau tidak bisa ke Mesir karena tidak ada bekal.
Seseorang untuk mendapat ilmu harus berkorban waktu, harta bahkan terkadang
nyawa.
5. Bimbingan Guru
Salah satu hal yang paling penting dalam
menuntut ilmu adalah bimbingan dari seorang guru. Terlebih belajar ilmu agama
Islam, haruslah sesuai dengan bimbingan guru. Belajar agama Islam janganlah
secara otodidak semata, karena akan menjadi bahaya jika salah memahami suatu
teks ayat atau hadits.
Dikarenakan begitu pentingnya bimbingan
guru, maka kita haruslah menghormati dan memuliakan guru. Hal ini semata-mata
untuk mendapatkan ridha guru yang pada akhirnya akan mengantarkan kita kepada
Allah.
6. Waktu Yang Lama
Dalam menuntut ilmu butuh waktu yang
lama. Tidak mungkin didapatkan hanya dalam hitungan bulan saja.
Imam
Al-Baihaqi berkata:”Ilmu tidak akan mungkin didapatkan kecuali
dengan kita meluangkan waktu”.
Imam
Al-Qadhi ditanya: “Sampai kapan seseorang harus menuntut ilmu?”
Beliau menjawab: ”Sampai ia meninggal dan ikut tertuang tempat
tintanya ke liang kubur.”
Semoga
kita mampu memahami dan mengaplikasikan syarat menuntut ilmu dari Imam Ali bin
Abi Thalib Radhiyallaahu ‘Anhu tersebut.
Jangan
pernah patah semangat, wabil khusus untuk para pelajar Muslim, masih banyak yang
harus kalian pelajari di dunia ini dengan waktu yang sangat terbatas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar